Powered By Blogger

Minggu, 22 Juni 2008

Terima kasih kita pada ibu.....

Masa usia setahun , ibu suapkan makanan dan memandikan kita.
Cara kita ucapkan terima kasih kepadanya hanyalah dengan menangis sepanjang malam.

Saat usia 2 tahun, ibu mengajar kita bermain. Kita ucapkan terima kasih dengan lari sambil tertawa terkekeh kekeh apabila di panggil.

Ketika usia 3 tahun, ibu menyediakan makanan dengan penuh kasih sayang.Kita ucapkan terima ksaih dengan menumpahkan makanan.

setelah berusia 4-5 tahun, ibu belikan pensil warna dan pakaian. Kita ucapkan terima kasih dengan mencorat-coret dinding dan bergolek dalam lantai kotor.

Saat usia 6 tahun, ibu memimpin tangan kita ke TK.Kita ucapkan terima kasih dengan menjerit," Ngaak mau ! Nggak mau !"

Ketika usia 7 tahun, ibu belikan sebuah bola, kita ucapkan terima kasih dengan memecahkan kaca rumah tetangga.

Setelah usia 8-9 tahun, ibu mengantarkan ke sekolah, kita ucapkan terima kasih dengan membolos sekolah.

Di usia 10-11 tahun, ibu menghabiskan masa sehari suntuk dengan kita, kita ucapkan terima kasih dengan tidak bertegur sapa dan asik bermain dengan kawan.

Menjelang usia 13 tahun, ibu suruh pakai pakaian yang sopan, kita ucapkan terima kasih dengan memberitahu bahwa pakaian itu tidak zaman sekarang.

Ketika beranjak 18 tahun, ibu menangis ketika tahu kita di terima masuk universitas , kita ucapkan terima kasih dengan bersuka ria bersama kawan-kawan.

Menjelang usia 20 tahun, ibu bertanya apakah kita ada teman istimewa, kita katakan,...." itu bukan urusan ibu ".

Setelah usia 25 tahun, ibu bersusah payah menanggung biaya perkawinan kita, ibu menangis dan memberi tahu bahwa dia sangat sayang kita,dan kita ucapkan terima kasih dengan pindah jauh darinya.

Ketika usia 30 tahun, ibu menelfon memberi nasehat mengenai penjagaan bayi kita, dengan megah kita berkata,... " itu dulu , sekarang zaman modern ".

Ketika beranjak usia 40 tahun, ibu menelfon mengingatkan tentang kumpulan keluarga di kampung, kita berkata, " kami sibuk... tak ada waktu untuk datang ".

Menjelang usia 50 tahun, ibu jatuh sakit dan meminta kita menjaganya. Kita bercerita ke mana mana tentang kesibukan dan kisah-kisah ibu bapak yang menjasi beban bagi anak-anak.
Dan kemudian suatu hari ... kita mendapat berita ibu meninggal, kabar itu mengejutkan.... dalam linangan air mata, segala perbuatan terhadap ibu muncul dalam ingatan satu persatu....

Saat di taman kanak-kanak, ibu mengantar hingga masuk ke dalam kelas, Harus menunggu duduk di seberang sana.
Aku tak peduli setumpuk pekerjaannya di rumah, kantuk yang menderanya, terik , hujan atau rasa jenuh dan bosannya menunggu.Aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi, harus, itulah kata kita sewaktu duduk di tk.

Setelah besar, aku sering meninggalkan nya bermain dengan teman-teman dan bepergian.Tak pernah aku menungginya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolongan ku atau di saat tubuhnya melemah.

Kerika remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandannya ku anggap kuno tak serasi dengan penampilan ku. Bahkan sering kali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu dua meter di depannya agar orang tak menyangka aku bersamanya... malu...ad dalam hatiku, apakah kamu merasakan hal yang sama ?

Padahal mengurusi ku sejak kecil, ibu tak pernah memikirkan penampilannya, tak pernah membeli pakaian baru , apalagi perhiasan baru,
Ia sisihkan semua untuk membelikan pakaian yang bagus bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuh ku dari sisa uang belanja bulanannya.Ia mengangkat tubuhku ketika aku jatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Mulai masuk di perguruan tinggi, aku makin jauh dengannya. Aku pintar dan cerdas sering kali menganggap ibu orang bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa.

Ibu yang ku anggap bodoh, tak berwawasan , tak mengerti apa-apa, dan bukan orang berpendidikan, doa di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya tak pernah terhenti sedetikpun.

Semua ingatan itu muncul satu persatu tidak habis-habisnya. Dalam genangan airmata yang sudah terlambat, terus mengalir kedukaan dan penyesalan.

Dan andai sekarang, Ibu masih di sampingmu....seperti ku dulu, memilih untuk memberikan perhatian padanya nanti, saat sudah terlambat.
Benar adanya kasih Ibu kepada anaknya tak terbatas, Dan pengorbanan ibu terhadap kita tidak ternilai harganya......

Tidak ada komentar: